Oleh: Asri Tadda (Direktur KAMPUS MERAH Research & Consultant (KMRC)/Jubir Danny - Azhar)
Tanggapan saya selalu Juru Bicara Danny - Azhar (DiA) terkait hasil survey lembaga Script Survey Indonesia (SSI) untuk Pilgub Sulsel 2024 sepertinya telah dipelintir dengan maksud tertentu.
Faktanya, tak pernah sekalipun saya menyatakan SSI sebagai lembaga survey abal-abal, namun ada pihak yang secara sengaja mencoba mengarahkan hal tersebut, seperti hendak mengaburkan substansi perdebatan, menikung pada hal yang diluar konteks.
Kebetulan saya juga terlibat dalam dunia survei dan konsultasi pemenangan politik. Saya cukup paham dengan bagaimana sebuah survei politik dilaksanakan, dan di tahap mana intervensi dapat saja dilakukan (jika harus dilakukan sebagai bagian dari startegi untuk memenangkan klien).
Karena itu, boleh-boleh saja saya meragukan hasil survey dari SSI terkait Pilgub Sulsel. Pasalnya, hasil survey SSI bertolak belakang dengan hasil survey internal kami dimana pasangan Danny - Azhar (DiA) sangat meyakinkan bakal memenangi Pilgub Sulsel 2024.
Lagipula, dalam beberapa kasus, hasil survey SSI malah berbeda cukup jauh dengan lembaga survei yang berskala nasional. Ini tentu membuat bingung publik.
Baca juga:
Menjaga Demokrasi Tetap Sehat
|
Saya mengambil contoh survey SSI di Kabupaten Luwu Timur baru-baru ini. SSI melakukan survey Pilkada Luwu Timur pada 2-8 September 2024, dengan hasil Budiman - Akbar (47, 32), Ibas - Puspa (41, 95) dan Isrullah - Usman (2, 93).
Di saat yang sama, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) milik Denny JA juga melakukan survey per tanggal 2-10 September, dengan hasil Budiman - Akbar (39, 2), Ibas - Puspa (44, 9) dan Isrullah - Usman (3, 0).
Nah, dalam kasus Luwu Timur dibatas, siapakah yang benar? Apakah SSI atau LSI yang sudah berskala nasional milik Deny JA itu? Salah satunya pasti salah, atau bahkan keduanya juga bisa salah.
Karena itu, saya mewanti-wanti masyarakat agar jangan terlalu mudah percaya atau terhasut oleh hasil lembaga survey, terutama yang dipublikasikan secara luas. Karena bisa saja survei tersebut telah dikondisikan untuk membangun atau mempengaruhi opini publik untuk kepentingan politik Paslon tertentu.
Saya mengajak kepada seluruh masyarakat Sulawesi Selatan untuk menjadi pemilih yang cerdas, yang tidak mudah terbuai dan terpengaruh dengan rilis hasil survey yang dipublikasikan secara terbuka.
Pemilih cerdas adalah mereka yang menentukan pilihan lebih karena kualitas dan rekam jejak prestasi kandidat, pada visi dan gagasan kandidat, bukan pada polesan lembaga survey yang mungkin saja, telah dikontrak untuk melakukan hal itu.
Yang tak kalah penting, saya mengajak kepada seluruh pihak yang terlibat dalam kontestasi Pilgub mendatang, agar tetap mengedepankan komunikasi yang positif, yang tidak mengarah pada upaya fitnah dan adu domba.
Mari menjadikan Pilgub 2024 sebagai ajang para kandidat untuk bertarung dengan gagasan dan ide-ide terbaik mereka, dalam ikhtiar membangun Provinsi Sulawesi Selatan menjadi lebih sejahtera, adil dan makmur.
Sudah saatnya rakyat Sulawesi Selatan memperoleh pemimpin yang benar-benar berkualitas, pemimpin yang memiliki rekam jejak birokrasi dan prestasi yang jelas dan nyata, bukan hanya klaim atau polesan semata.
Hanya pemimpin berkualitas yang lahir, tumbuh dan besar dalam proses politik yang panjang, bisa membawa Sulawesi Selatan berubah menjadi lebih baik untuk semuanya. Dan Insya Allah, semua itu ada pada pasangan nomor urut 1, yakni Danny Pomanto - Azhar Arsyad. (*)